Kini aku hampir
tidak punya apa-apa lagi. Bahkan semacam rasa trenyuh yang ingin aku selipkan
untuk sekedar menjadi tanggul air mataku. Tidak ada lagi semangat yang menguar
ketika pagi, tidak ada lagi kalimat-kalimat istirah saat siang, tidak ada lagi doa-doa
yang kudus saat malam. Aku benar-benar habis. Benteng yang aku dirikan dengan
hati-hati, runtuh hanya dengan satu kilatan peristiwa. Dan kamu tahu, banyak
lipatan kenangan yang tersimpan rapi dalam ingatanku, tentu kamu ada
didalamnya. Aku benar-benar takut, aku lebih memilih untuk menghabiskannya
daripada menyimpan itu semua. Kalau pun ada yang menginginkannya, ambilah, aku
tidak begitu peduli. Aku hanya ingin menghabiskannya, menghabiskannya.
Gelap ini dimulai
dua puluh tahun lalu, ketika aku bersandar di bahu jalan