ketika aku tembangkan doa-doa di bentangan sujud
tangan yang menggelatari manik-manik wujud
bukankah itu puisi?
inilah kata yang tak pernah mengenal tandas dan jeda
seperti tangis anak-anak palestina di sepanjang jalur gaza
seperti bunyi mesin kasir pada dunia ketiga
inilah huruf-huruf gugup yang menggetarkan pembaringanmu
padamu yang sedang menghitung putung-putung kesedihan
kita tak pernah berjanji, tapi seperti yang kau tahu
selalu ada yang harus kita tunaikan
ketika kau setubuhi sepi
saat itu juga puisiku berhembus sunyi
bersama turunnya dewa-dewi menjelma rupa
menghiburmu dengan kelakar surga dan neraka
aku tetap pada pendirianku, pun engkau juga
kita sama-sama rikat jika kata sudah berlabuh pada pendirian
tak tentu nada, saling mengerang, kemudian terhempas
yang disela-selanya membuat para fasik cemburu
beginilah kita mempraktikkan ritual cinta
jika kitab-kitab terkalam mengatakan sebuah spekulasi adalah dosa
tolong, jangan katakan kepadaku, aku tidak begitu percaya, ahh aku meman benar-benar tidak percaya
hidup inilah perjudian terbesar yang pernah ada
jika didalamnya terselip sebuah harapan mengada
kita pertaruhkan sesuatu, untuk mendapatkan sesuatu
adinda, sudah aku katakan manusia adalah makhluk paling konyol
dan aku tak perlu menjelaskan lagi bukan
kita menjadi salah satunya adinda,kita!!
ini bukan noktah sebuah peristiwa yang gagal melewati gang-gang penanggalan
ini hanya catatan tentang kerinduan
padamu pemilik paras ayu katresnan
bukankah.....engkau.....puisi itu sendiri?
-untuk perempuan yang sedang terisak di sebuah kota,
orang-orang menamai kota itu,Solo-
No comments:
Post a Comment