Monday, June 25, 2012

6 ORANG PALING MISTERIUS DI INDONESIA



Supriyadi

Supriyadi

Supriyadi adalah pahlawan nasional Indonesia, pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai menteri keamanan rakyat pada kabinet pertama Indonesia, namun tidak pernah muncul untuk menempati jabatan tersebut.

Pada waktu itu, Supriyadi memimpin sebuah pasukan tentara bentukan Jepang yang beranggotakan orang orang Indonesia. Karena kesewenangan dan diskriminasi tentara Jepang terhadap tentara PETA dan rakyat Indonesia, Supriyadi gundah. Ia lantas memberontak bersama sejumlah rekannya sesama tentara PETA. Namun pemberontakannya tidak sukses. Pasukan pimpinan Supriyadi dikalahkan oleh pasukan bentukan Jepang lainnya, yang disebut Heiho.

Kabar yang berkembang kemudian, Supriyadi tewas. Tetapi, hingga kini tidak ditemukan mayat dan kuburannya. Oleh karena itu, meski telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah, keberadaan Supriyadi tetap misterius hingga kini. Sejarah yang ditulis pada buku-buku pelajaran sekolah pun menyebut Supriyadi hilang.

Namun yang membikin sosok Supriyadi semakin misterius adalah banyaknya kemunculan orang-orang yang mengaku sebagai Supriyadi. Salah satu yang cukup kontroversial adalah sebuah acara pembahasan buku ‘Mencari Supriyadi, Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno’, yang diadakan di Toko Buku Gramedia di Jalan Pandanaran Semarang. Dalam acara itu, seorang pria sepuh bernama Andaryoko Wisnu Prabu membuka jati diri dia sesungguhnya. Dia mengaku sebagai Supriyadi, dan kini berusia 88 tahun.

Namun sampai sekarang pengakuan tersebut belum bisa dibuktikan kebenarannya, meski secara perawakan dan sejumlah saksi membenarkan klaim tersebut.

Tan Malaka

Tan Malaka

Salah satu sosok pahlawan nasional kita yang terlupakan.

Tuesday, June 12, 2012

MEMBACA PERBEDAAN: NU DAN MUHAMMADIYAH?

salam bahagia, untuk kamu yang belum bisa mengistirahatkan dan menyamankan badanmu diatas pembaringan yang nyenyak, paling tidak dalam 24x1 jam terakhir ini, itu berarti saya masih punya kawan yang sama dengan saya, merasakan bagaimana rasanya mata yang memberat karena melekatlah pendulum jam klasik, membandul statis, muka yang panas, pikiran yang ranggas, dan tentu saja waktu yang terus saja menuntutmu untuk berbagi hak, walau hanya sekedar mengistirahatkannya. Mungkin memang tidak sesuai dengan yang kamu rasakan, tetapi bolehlah saya merasakan itu, walau berbeda dengan kamu. Boleh ya? terima kasih. Saya belum bisa tidur, sama seperti kamu, dan sama seperti kamu juga, memikirkan sesuatu entah, ada nalar yang menjalar, tentang perundingan-perundingan yang sebenarnya tidak sah juga untuk saya simpulkan. Tapi tak apalah, mungkin kamu bisa membantuku nanti jika kamu mulai tidak sepakat. Ini adalah sebuah perasan dialog ringan yang terjadi tadi siang. 
seorang teman, bertanya kepada saya, di dalam Islam, Islam di Indonesia, ada dua buah organisasi yang mengakar di masyarakat, Nahdahtul Ulama dan Muhammadiyah, dan yang dia tanyakan, apa yang menjadi pembeda antara dua golongan tersebut, sehingga banyak orang Islam di Indonesia harus berteriak lantang dan saling menyalahkan?