Sunday, July 21, 2013

YANG (TETAP) TAMPAK DARI JAUH


Dan jauh, rupanya, telah menggulung beberapa lembar puisi, juga menumpulkan mata pena dihadapan kering kerling tinta.
Dan jauh, nyatanya, telah memaksa sejumput angin untuk mengepung diriku dengan gambaran-gambaran tentang esok ketika aku telah selesai, tentang lipatan-lipatan ingatan yang menjadi perahu untuk kemudian berlayar menuju ngarai matamu hingga aku tidak lagi membutuhkan puisi untuk membuatmu maklum mengapa tuhan menciptakan kita dalam satu cerita yang tak pernah kita mampu tamatkan.

Aku telah lama berlabuh pada dermaga yang kau bangun dengan debu kenangan, gebu rindu dan warna-warna toska. sedang untuk kembali berlayar, aku terlalu takut pada laut yang menyimpan cerita-cerita kuno, mitos hantu laut, dan cenayang para penjelajah. Ah biar saja kujelajahi peta-peta di dirimu, terjal hatimu, puncak rindumu, lembah kenanganmu, curam takutmu. Aku tidak peduli lagi perahu telah koyak ditelan abad. Ah biar kupapah lagi kayu-kayu agar sempurna geladak, yang pecah setelah dihantam jaman yang begitu badai. Ah biar kutenun lagi layar agar gelombang tak lagi berani menelan mimpi-mimpi yang telah terbentang.
Di kejauhan dan ketinggian seperti ini, aku tidak membutuhkan apa-apa lagi untuk melihatmu. Karena, pada akhirnya, aku adalah air yang membawa perahu turun ke dalam dermaga.  



jogja 2013