percik air hujan yang menipu cuaca ini
Tak sepicik jelalat kedurhakaanku
kepadamu
Masih tentang rintik airmata di malam
penghujan itu
Aku kecipak air pada deras asih asuh
yang tak pernah terbaca musim
Hanya ibu yang mampu membuat hujan
begitu lebat namun teduh
Hanya ibu yang mampu menyuguhkan teguk
air dari derai peluh
Tak pernah selesai meski berkali
kutenggak ganas
Mungkin sudah kemarin dahaga kasih ini
ibu ranggas
Sedang berkali bantahku pangkas
Sekali selesai helaan nafas
Ibu teliti ibu lembut ibu tenang ibu
maklum ibu ibu ibu dari segala ibu
ibu yang pintar ibu yang cekat ibu yang
iba ibu yang jadi abu
Ibu, hukum aku!!
Bentakku berkali-kali menyahut
Ibu, kutuk aku!!
Hanya menjadi batu aku patut
Jika ingin, petakan luas dunia menjadi
satu
Tujuh kali lipatkan sepadan dengan
sabarmu
Jika mau, tangkup segala laut semesta
Terkira setetes ricik asihmu yang
turun dari mata
Jika masih, terjemahkan segala bahasa
Aku ucapkan dalam sungkurku dipintu
surga yang tersisa
Maaf pernah menjadikanmu nelangsa
Didepan pusara ibu, hanya ada aku, foto
ibu, dan kenangan yang binal
kubasuh tanah dengan basah sengal
Barangkali airmata hanya gerimis mula
pada hujan sesal
ibu kau tahu, sepeninggalmu, aku hanya
sepenggal lalu
No comments:
Post a Comment