Sunday, January 6, 2013

DURHAKA

percik air hujan yang menipu cuaca ini
Tak sepicik jelalat kedurhakaanku kepadamu
Masih tentang rintik airmata di malam penghujan itu
Aku kecipak air pada deras asih asuh yang tak pernah terbaca musim
Hanya ibu yang mampu membuat hujan begitu lebat namun teduh
Hanya ibu yang mampu menyuguhkan teguk air dari derai peluh
Tak pernah selesai meski berkali kutenggak ganas
Mungkin sudah kemarin dahaga kasih ini ibu ranggas
Sedang berkali bantahku pangkas
Sekali selesai helaan nafas
Ibu teliti ibu lembut ibu tenang ibu maklum ibu ibu ibu dari segala ibu
ibu yang pintar ibu yang cekat ibu yang iba ibu yang jadi abu

Ibu, hukum aku!!
Bentakku berkali-kali menyahut
Ibu, kutuk aku!!
Hanya menjadi batu aku patut

Jika ingin, petakan luas dunia menjadi satu
Tujuh kali lipatkan sepadan dengan sabarmu
Jika mau, tangkup segala laut semesta
Terkira setetes ricik asihmu yang turun dari mata
Jika masih, terjemahkan segala bahasa
Aku ucapkan dalam sungkurku dipintu surga yang tersisa
Maaf pernah menjadikanmu nelangsa

Didepan pusara ibu, hanya ada aku, foto ibu, dan kenangan yang binal
kubasuh tanah dengan basah sengal
Barangkali airmata hanya gerimis mula pada hujan sesal

ibu kau tahu, sepeninggalmu, aku hanya sepenggal lalu

No comments:

Post a Comment