Masih, meski kau koyak aku dengan benturan fraktal-fraktal
kosong, kata-kata bertanda seru tiga
Masih, meski nyalang matamu semakin menyala belah belai
kasih hingga sirah
Meski, masih kau geramkan dendam hingga berdecit dalam gua
dimana ucap berhilir
Meski, masih kau simpan keengganan dalam riak keanggunan
yang sempat buat terkilir
Selebihnya, mengapa masih kau sisihkan meski untuk merestui
kita?
No comments:
Post a Comment