Wajahnya merunduk. Dibawah lintang panjer rina ia ngedumel
seolah memaki-maki jalan yang dia susuri sedari tadi. Wajahnya gelap, kakinya
menendang sampah-sampah kecil yang berserak di jalan lengang, sedang pikirannya
tak pernah habis pikir dengan kejadian
yang baru saja dia alami.
-dasar manusia, dirumah tuhan
saja masih berani mencuri. Pandir keparat. Dan kenapa tasku yang dicuri. Mereka
tidak tahu apa didalamnya kekasihku kusemayamkan?-
Setelah berucap dia tertawa
terbahak-bahak. Menggeleng-gelengkan kepala dan berlalu.
Ditempat lain, dua oirang tampak
sumringah sambil mendengus-dengus disebuah kebun. Dibawanya sebuah tas masuk ke
kebun itu. Mereka tampak tertawa sambil membuka tas. Tertawa mereka berhenti setelah
salah satu dari mereka melongok isi tas. Diam, tercengang
-ada apa? Tidak ada isinya?-
Dia menggelengkam kepala
-lalu, apa isinya hingga kau
bengong begitu hah?-
Dia tetap menggeleng dan
menyodorkan tas ke temannya
Mereka berdua kini sama-sama
diam. Memucat pasi dan tubuh mereka bergetar. Mereka tidak sadar tas itu hanya
milik seorang musafir. Tidak ada yang bisa diharapkan. Tas itu hanya berisi
kesepian yang lebih sepi dari tempat sunyi sekalipun. Tubuh mereka dingin.
Kesepian dalam tas itu, merenggut nyala mereka. Mereka tidak pernah tahu, hanya
kesepian yang menjadi milik seorang musafir. Dan kini kekasihnya telah mereka
miliki.
No comments:
Post a Comment